Obat Tinnitus, Benar Menyembuhkan Atau Hanya Meredakan Gejala?


Adakah obat yang secara spesifik dapat menyembuhkan tinnitus? Dalam banyak kasus, pengobatan tinnitus yang dilakukan selama ini hanya sebatas mengurangi keparahan gejala atau komplikasi, bukan untuk menekan secara spesifik sumber tinnitusnya. Obat-obat yang biasa dipilih untuk meredakan gejala tinnitus adalah:

  • Antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline dan nortriptyline yang sudah pernah dicoba untuk meredakan penderitaan pasien. Namun, obat ini biasanya digunakan hanya untuk tinnitus parah dan tidak direkomendasikan pada tinnitus yang masih dapat ditolerir, karena dapat menyebabkan efek samping yang merepotkan, termasuk mulut kering, penglihatan kabur, sembelit dan masalah jantung. 
  • Alprazolam (seperti niravam dan xanax) dapat membantu mengurangi gejala tinnitus dan membuat pasien lebih terbiasa dengan sakit yang dideritanya tersebut,. Obat ini juga memiliki efek samping seperti rasa kantuk dan mual. 
  • Transquilizer, vitamin, mineral, dan yang terakhir adalah obat tidur. Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel Askep Tinnitus, obat tidur diperlukan karena umumnya penderita mendengar bunyi tinnitus lebih jelas pada malam hari sebelum tidur pada saat suasana di sekitarnya tenang dan sunyi.

Tinnitus adalah halusinasi suara yang tidak digolongkan sebagai penyakit, tetapi sekedar gangguan atau gejala yang menyertai penyakit tertentu. Hasil uji klinis menyimpulkan bahwa hingga sekarang bukti keberhasilan obat spesifik untuk tinnitus belum ditemukan secara pasti sehingga masih diperlukan pengkajian lanjut yang lebih dalam. Salah satu pengkajiannya adalah melalui sebuah uji klinis secara acak, bernama Randomized Clinical Trial (RCT).
 
Randomized Clinical Trial (RCT) adalah sebuah percobaan di mana pasien dengan kondisi tertentu menerima salah satu dari dua atau lebih perawatan, dengan pilihan pengobatan ditentukan secara acak. Yang menerima plasebo menjadi kelompok kontrol. Kadang-kadang, suatu pengobatan yang terbaru akan dibandingkan dengan pengobatan-pengobatan sebelumnya, daripada membandingkannya dengan plasebo.

Dalam sebuah RCT, baik para pasien maupun dokter tidak dapat menentukan atau memilih pengobatan mana yang akan diberikan. Semua dilakukan secara acak dan hanya akan diketahui di akhir pengujian. Jika jumlah pasien di masing-masing kelompok perlakuan cukup besar, dan jika ditemukan perbedaan hasil yang cukup besar antara pengobatan terbaru dengan pengobatan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengobatan yang terbaru memang lebih baik dari pengobatan sebelumnya.

Dengan menggunakan kriteria RCT, kita dapat meninjau beberapa hasil terapi obat untuk menghilangkan gejala tinnitus. Salah satunya adalah pengkajian terapi tinnitus dengan obat antiaritmia, seperti lidokain.

Lidokain, yang juga merupakan anestesi lokal, pada beberapa kasus digunakan untuk menghilangkan sensasi tinnitus. Karena obat ini tidak dapat diadministrasi melalui mulut, banyak peneliti berpaling ke tocainide, yang setelah pemberian oral dikonversi ke lidokain di dalam hati. Sayangnya tocainide memiliki efek samping yang banyak, termasuk ruam parah, kerusakan jantung, dan pusing. Lidokain topikal dapat didorong melalui membran timpani (gendang telinga) oleh arus listrik, tetapi hasil RCT menyimpulkan bahwa lidokain gagal untuk menunjukkan efek yang signifikan terhadap tinnitus.

0 Response to "Obat Tinnitus, Benar Menyembuhkan Atau Hanya Meredakan Gejala?"

Posting Komentar